Setiap Ibu ada Masalahnya dan Semuanya itu Manusiawi

Dengerin lagu ini karena terpasang tidak sengaja di Spotify. Lagu milik grup band Kotak yang berkolaborasi dengan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun. Loh, kok bagus liriknya?
Manusia, manusiawi
Jatuh dan bangkit lagi
Maafkanlah, maafkan diri
Kau tak serendah ini

Yang pertama terlintas saat mendengar bagian chorus yang dinyanyikan Tantri ini adalah curhatan beberapa teman di awal 2023 kemarin. 2022 ternyata jadi cobaan bagi banyak sesama ibu-ibu di circle pertemanan saya, terutama masalah finansial dan pengasuhan anak. Yang punya suami, sedang pusing karena gaji suami tidak cukup untuk membiayai anak lagi, sementara dirinya sedang hamil. Yang financial-nya baik-baik saja, sedang bertengkar dengan mertua masalah anak mau sekolah di mana. Yang ibu tunggal sedang pusing karena anaknya mulai membantah dan bohong soal pergi ke luar rumah.

Gue salah apa jadi hidup gue gini amat ya.

Begitu hari pertama 2023 dimulai dengan badai angin topan, yak kegalauan ini muncul semua. Dan lagu Manusia Manusiawi ini menyadarkan saya bahwa ya “Yang terjadi, sudah terjadi” dan “Keras tak harus benci.”

Jadi lagunya saya oper ke teman-teman saya itu.

Ibu #1
Jangan menyiksa diri
Jangan coba hakimi lagi
Yang terjadi, sudah terjadi
Salahmu t'lah berlalu
Sudah terlanjur hamil lagi, ya mau bagaimana. Sudah terjadi. Setiap anak ada rejekinya masing-masing. Yang ada kalau ibunya stress, anak yang di kandungan nanti ikut bermasalah. Saya kena semprot karena malah sibuk nyanyi? Ya pasti. Lha wong, temen saya ini emang stress berat karena anak 3 saja sudah berat, sekarang mau ada anak ke-empat. Yang ada saya diomelin karena “anak lu kan cuma satu, udah gede pula.” Ya memang sih, saya bingung juga mau kasih nasihat karena nggak ada pengalaman punya anak banyak.

Tapi nggak apa-apa, habis itu dia lega.

Ibu #2
Keras tak harus benci
Lupa bisa saja terjadi
Padamkan api, dinginkan hati
Hatimu, hatimu
Emang serumah sama mertua, dan sifatnya sama-sama keras. Tapi pasti semuanya mau yang terbaik untuk si cucu. Lupa kalau yurisdiksinya hanya sebatas mengamati, karena si menantu tinggalnya ‘numpang’. Yang bisa kita kontrol ya diri kita sendiri, hati kita sendiri. Sabar-sabar saja sama mertua. Mau masukin sekolah bagus, si mertua mau bayarin demi masa depan cucu pertama. Teman saya gengsi dan takut makin hutang budi. Terus saya disemprot juga, “lu kan single mom nggak ada mertua. Enak bener sih, bisa memutuskan semuanya sendiri.”

Eits, kalo bokek juga pusing sendiri. Ngga ada ATM mertua yang siap bantu.
Habis itu si teman manyun. Ngomel-ngomel lagi, tapi udah lega juga.


Cak Nun adalah seorang tokoh cendekiawan muslim Indonesia, yang terkenal juga dengan karya puisi dan sastra. Kolaborasi ini terjadi karena para personil Kotak mengidolakan Cak Nun. Kolaborasi dilakukan secara jarak jauh di tengah pandemi. Namun di interview tentang lagu tersebut, vokalis Kotak, Tantri, sempat mengatakan bahwa statement Cak Nun itu seperti menjadi jawaban bagi lagu Manusia Manusiawi. 

Makanya bagian Cak Nun ini juga paling spesial.

Ibu #3
Manusia mengembarai langit
Manusia menyusuri cakrawala
Tidak untuk menguasainya
Melainkan untuk menguji dirinya
Apakah ia bertahan menjadi manusia
Cobaannya banyak. Sudahlah nggak ada suami, kena judge dan stigma kanan kiri. Finansial juga morat-marit. Anak dibesarkan sendiri. Kurang cobaan apa lagi jadi single mom? Tapi ya emang cobaan ini bagian dari hidup kita sebagai manusia. Sesuai kata lirik bagian Cak Nun di atas, semuanya ini ujian.
Tidak untuk hebat, kuasa, atau perkasa
Melainkan untuk setia sebagai manusia
Kenapa ditulis begitu, dan kenapa saya fokus ke lirik yang itu. Soalnya ketika anak si ibu #3 mulai membantah dan bohong, semuanya jadi kacau ke mana-mana. Salah si ayah yang tidak pernah ada. Gue gagal sebagai ibu, padahal sudah berusaha memberikan yang terbaik. Si anak juga kok tidak mau mengerti padahal gue kerja buat menghidupi dia. Coba kalau punya uang, itu mantan suami udah gue somasi. Dan sejuta ledakan ungkapan lainnya.

Untuk memaafkan orang lain, ya mantan suami yang hilang rimbanya, ya anak yang bohong, kita harus bisa memaafkan diri sendiri dulu. Dendam, amarah dan lainnya sering membuat kita merasa “hebat, kuasa dan perkasa” karena kita adalah korban yang mampu membalikkan keadaan. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah memaafkan diri kalau jatuh, lalu bangkit lagi untuk diri sendiri.

Kau tak serendah ini
You’re not this low


Menunjukkan pada dunia bahwa kita bisa melewati ujian dan hidup tenang bahagia bagaimana pun keadaannya adalah sebuah kemenangan sebagai seorang ibu.

Comments

Popular Posts