Agar Tidak Takut Jadi Seorang Ibu

Ada beberapa hal yang membuat parenting itu menakutkan. Soalnya tidak ada kelasnya, dan setiap anak berbeda. Apa yang dilakukan orang tua kita belum tentu bisa kita terapkan persis sama ke anak-anak. Misalnya soal gadget. Kalau dulu mungkin orang tua kita tidak perlu pusing Youtube, atau ponsel seperti sekarang karena memang belum umum.Sekarang kita harus waspada dengan dunia digital. Atau mungkin, dulu disiplin keras adalah hal wajar. Sekarang kalau salah langkah bisa-bisa kita yang dianggap salah atau kalah pintar dengan anak yang sumber informasinya tidak terbatas.

Semua kekhawatiran itu wajar, asal jangan dibiarkan berlarut-larut dan menjadi penghalang kita untuk menjadi seorang ibu yang baik. Seorang ibu yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri. Tidak ada kata benar salah dalam parenting selama kita melakukan yang terbaik. Tapi ada beberapa hal yang bisa menjadi perhatian agar peran sebagai ibu bisa dilakukan dengan lebih tenang.

Photo from Freepik

Jangan takut bertanya
Karena tidak ada sekolahnya, dan tidak ada satu pakem yang harus dilakukan, maka tidak ada salahnya kita bertanya-tanya. Bertanya pada teman yang sudah lebih dulu jadi ibu, bertanya pada orang tua kita atau bertanya pada ahlinya. Bertanya ini bisa juga dalam bentuk klasifikasi atas informasi yang kita terima.

Jangan takut salah
Tidak ada ibu yang sempurna, yang ada hanyalah ibu yang bahagia. Makanya buat saya parenting ini sering mengandalkan insting. Tidak ada salah benar kok, kita hanya memilih dan menyesuaikan. Mungkin gaya parenting ibu A tidak cocok dengan saya dan Dudu. Biasanya yang sering menjadi “kesalahan” saya adalah soal gadget, soalnya saya tidak membatasi Dudu pakai gadget. Tidak melarang-larang juga. Tahu sendirilah. Nah, kebanyakan ibu-ibu kan tidak seperti itu. Tapi bukan berarti cara saya salah. Setiap ibu berbeda, setiap anak juga berbeda. Jangan takut salah hanya karena kita berbeda.

Jangan takut keluar dari comfort zone
Ini juga penting.Terkadang karena sudah paham orang tua kita seperti apa, kita meng-copy paste apa yang kita terima dulu ketika masih kecil. Meniru boleh. Saya juga seperti itu. Mama dulu gimana ya? Saya contek saja ah. Papa dulu seperti apa ya? Tinggal kita ikutin aja. Kembali lagi karena perubahan dunia, terutama dunia digital, saya jadi mau tidak mau harus keluar dari comfort zone dan ikut belajar. Discord itu apa sih. Game ini tuh mainnya gimana sih. Ngga suka memang, dan terkadang sulit dipahami. Tapi namanya perkembangan zaman kan ya.

Jangan takut sama omongan orang
Hahaha, yang ini penting ya. Apalagi kalau sering posting media sosial, atau sering browsing. Yang namanya lambe netijen itu kadang-kadang membuat kita jadi takut. Padahal bukan kita juga yang dikomentarin. Bisa saja ada artis yang kena julid, lalu karena kita sedang mengalami masalah parenting yang sama, kita ikutan baper. Misal anak artis A minumnya susu formula. Lalu ada yang judging karena nggak full ASI.. Eh, karena kebetulan anak saya juga seusia dengan artis A juga minum susu formula, saya ikutan ke-trigger. Saya latihan tutup telinga, mungkin kalau memang tidak mau kena julid, ya membatasi posting di media sosial yang terbuka. Intinya sih tetap nyaman dengan diri sendiri, dan gaya parenting saya sendiri.


Sesuai sama judul blog ini lah. Parenting suka-suka.

Comments

Popular Posts