Remote Working Buat Emak-Emak
Menjadi tulang punggung keluarga setelah berpisah dengan atau ditinggal berpulang oleh suami memang sering menjadi challenge tersendiri bagi ibu-ibu di sekitar saya. Yang tadinya ibu rumah tangga, full mengurus anak dan rumah, eh sekarang harus cari uang juga.
Saya juga sih, tapi saya kan single moms by choice ya, jadi dari awal memang sudah sendirian dan sudah jadi ibu bekerja. Jadi tidak banyak yang berubah dari sisi kehidupan yang ini bagi saya. Namun, ibu-ibu di sekeliling saya tentunya memiliki pengalaman yang berbeda. Terutama seorang ibu yang bercerita begini:
“Saya sulit cari kerja, Mom. Selain umur yang sudah lumayan, saya juga pulang kampung setelah bercerai. Rumah orang tua saya di Kalimantan. Di pelosok. Padahal waktu masih sama suami, saya tinggal di Jakarta dan sebelum punya anak, saya juga bekerja meski hanya admin.”
Tidak mungkin menunggu IKN pindah dulu kan ya untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Bahkan, seandainya ada pekerjaan pun, masih ada masalah support system bagi para single moms yang mau bekerja, alias “siapa yang jaga anak?” dan “siapa yang beberes rumah?” yang masih harus dihadapi para ibu-ibu ini. WFO jelas menjadi lebih sulit. Lah, terus gimana? Katanya mau kerja.
Well, sebelum artikel ini berubah menjadi himbauan mengubah mindset, saya mau melempar yang namanya remote working. Disclaimer dulu seperti biasa, saya bukan pelaku remote working. Pernah melamar tapi belum ada yang berjodoh. Pengalaman saya hanya sebatas bekerja dari rumah semasa pandemi, dan bekerja dengan sistem hybrid saat ini. Plus, pekerjaan freelancer saya yang memang dikerjakan secara jarak jauh. Kalau dipikir-pikir ya mirip juga sebenarnya.
Apa itu Remote Working?
Berbeda dengan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah, remote working biasanya tidak terikat peraturan perusahaan tertentu. Meskipun beberapa perusahaan menerapkan jam standby yang mirip dengan jam kerja perusahaan, tapi kebanyakan remote working memiliki waktu yang bebas. Ini karena kita tidak perlu ke kantor sama sekali. Sementara sistem WFH biasanya tetap mengharuskan karyawan ke kantor di hari-hari tertentu, kecuali pada saat pandemi sedang tinggi seperti tahun 2020 kemarin.
Remote working juga identik dengan freelancer, yang memungkinkan pelakunya untuk berada di mana pun, tidak harus di kota dan negara yang sama dengan kantornya. Remote working juga biasanya memungkinkan seseorang untuk bekerja di beberapa perusahaan sekaligus, asalkan dapat mengatur waktunya dengan baik.
[Baca juga: Jadi Mama Sambil Kerja: 13 Ide Freelance dari Rumah]
Apa yang harus dipersiapkan sebelum mulai Remote Working?
Pertama tentunya gadget yang memadai. Laptop yang bisa Zoom atau Gmeet. Kalau pekerjaanmu di bidang design atau berhubungan dengan IT/Web developer, tentunya laptop yang dimiliki harus sesuai kualifikasi. Laptop juga harus memiliki software dan aplikasi yang menunjang pekerjaan. Jangan lupa webcam (atau built-in camera di laptop) dan microphone juga harus ada karena semua komunikasi akan dilakukan secara online.
Pengetahuan yang cukup tentang komunikasi digital. Maksudnya paham bagaimana menggunakan Slack, Skype, Discord dan sejenisnya untuk chat. Lalu paham cara pakai zoom, Gmeet, Teams untuk meeting. Tergantung pekerjaannya, ada aplikasi lain yang sebaiknya kita paham juga seperti Trello atau JIRA (untuk project management), Calendly (untuk kalender) dan note-taking apps seperti Evernote, One Note dan lain sebagainya. Tanyakan aplikasi apa yang digunakan oleh perusahaan dan pelajari agar dapat bekerja dengan baik.
Belajar bahasa asing akan sangat membantu peluang kita mendapat pekerjaan remote. Karena kebanyakan yang menawarkan adalah perusahaan asing. Kalau pun melamar di perusahaan di Indonesia, yang namanya bisa Bahasa Inggris akan menjadi nilai jual tersendiri bagi kita.
Terakhir adalah Time Management. Skill paling penting karena ketika melakukan remote working kita perlu mengatur waktu dengan baik. Apalagi jika kita bekerja untuk lebih dari satu perusahaan. Sebagai seorang ibu, bekerja di rumah pun kita tetap harus profesional. Jadi ya, yang namanya membagi waktu antara rumah, anak dan pekerjaan (plus me time) harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kemampuan lain seperti disiplin, terutama untuk penagihan invoice dan sejenisnya, dan komitmen juga sangat dibutuhkan. Namun tetap, menurut saya, time management adalah skill utama.
Sudah siap nih. Cari Remote Working di mana?
Sudah siap cari kerja? Sebenarnya mencari kerja remote working untuk ibu tunggal juga sama saja seperti mencari kerja pada umumnya.
LinkedIn. Pakai kata kunci “remote working” lalu sort pada pilihan posts atau jobs. Cari opportunity yang sesuai dan lamar. Situs pencari kerja seperti Glints, Indeed dan Jobstreet juga memiliki banyak peluang remote working. Di Glints ada pilihan khusus untuk remote working. Di Indeed dan kebanyakan situs pencari kerja lainnya, gunakan “remote working” sebagai kata kunci.
Komunitas atau network kita sendiri. Misalnya gabung ke Facebook Group remote worker atau freelancer dan temukan lowongan kerja di sana. Bisa juga lewat situs freelancer seperti Freelancer.com, Fiverr dan Upwork. Bedanya adalah, freelance job biasanya tersedia per-project. Sementara remote working yang kebanyakan dicari ibu-ibu adalah pekerjaan kontrak jangka panjang (misalnya 6 bulan atau 1 tahun) karena membutuhkan income tetap setiap bulannya.
Jadi, sudah siap mencoba remote working?
Wow! Artikel yang keren banget. Ini yang saya butuhkan. Bahas lagi donk yang lebih detail. Misal pekerjaan apa aja yang bisa dikerjakan secara remote.
ReplyDelete