Saya Sibuk, Bagaimana Biar Tetap Dekat Sama Anak?

Saya seorang ibu bekerja. Jam kerjanya pagi hingga malam, seringkali jam 9 malam baru sampai rumah dan anak sudah tidur. Sebelum ini saya menganggur sehingga sempat menemani anak bermain dan belajar. Saya merasa sekarang ini waktu saya untuk anak sangat sedikit. Saya takut akan berdampak buruk kalau saya tidak dekat dengan anak. Oh iya, saya seorang ibu tunggal. Kalau saya bekerja, anak dijaga oleh kakek-neneknya yang memang masih serumah dengan saya.

Membaca curhatan di atas, saya jadi terkenang masa-masa saya mulai bekerja dulu. Pekerjaan dari pagi hingga malam, plus business trips yang berkelanjutan. Kadang weekend pun masih kerja karena saya wartawan. Pasti ada event, pasti ada liputan. Tapi fast forward satu dekade kemudian, saya masih dekat sama Dudu. Caranya gimana?

Jaman dulu kalau pergi event pasti berdua

Pertama, saya tidur sekamar dengan anak.
Waktu anak tidur memang ditemani mama atau mbak pada saat itu. Tapi setelah anak tidur, ya yang menemani kembali ke kamar masing-masing. Saya pulang lalu tidur. Jadi, waktu anak saya bangun di pagi hari, atau kalau terbangun tengah malam ya adanya saya.

Kedua, saya meluangkan waktu khusus sama anak. Ini yang kemudian jadi hastag dan akun IG Datewithdudu. Alias nge-date sama Dudu. Entah itu weekend, entah itu pagi hari sebelum beraktivitas, selalu ada waktu khusus untuk ‘catch up’ dengan kehidupan masing-masing. Kalau kebetulan ada event di mall, ya Dudu saya bawa. Atau saya sengaja memilih liputan di acara anak-anak agar bisa membawa Dudu. Ketika anak sudah lebih besar, saya membawa dia ke coffee shop agar bisa barengan. Saya mengetik artikel, dia mengerjakan PR dan tugas sekolah.

Ketiga, saya mewajibkan diri liburan berdua. Ini penting. Repot memang, karena biasanya support system sangat membantu. Ada Mama dan si mbak yang bisa gantian selalu. Kalau pergi hanya berdua kan saya repot standby 24 jam. Tapi, selain tentunya lebih hemat, bondingnya juga jadi dapat. Tujuannya hanya untuk menciptakan memory yang ‘hanya milik berdua.’ Selain itu, entah gimana, pergi berdua ini membuat Dudu jadi lebih mandiri juga. Bisa makan sendiri saat kita di restoran, dan jadi tidak pilih-pilih makan juga karena kita berhenti di tempat-tempat yang random. 

Ini memory yang hanya milik berdua - Dudunya sih tidak ingat karena masih kecil

Bagaimana kalau ada yang menyarankan untuk cari kerjaan baru yang tidak makan waktu? Atau lebih parah, ada yang bilang nikah lagi aja biar ada suami yang cari nafkah dan kita bisa 100% sama anak lagi?

Kedua saran ini juga pernah datang ke hadapan saya. Tapi saya sadar, saya bekerja karena saya senang kerjaannya dan saya memang tipe perempuan bekerja. Jadi wartawan saat itu adalah pekerjaan impian karena saya memang lulusan jurnalistik. Senang liputan, senang ketemu orang baru, senang menuliskan berita. Jadi saya tidak mau melepasnya untuk pekerjaan yang lebih stabil, misalnya seperti di bank. Yang konon jam 5 sudah pulang dan bisa bertemu anak. Atau menyerahkan tanggung jawab cari uang sepenuhnya kepada suami. Resikonya ya saya harus pintar-pintar menyelipkan waktu bonding dan mengatur ulang jadwal agar tidak ketinggalan perkembangan anak saya.

Sibuk bukan alasan untuk jadi jauh. Sibuk itu pilihan. Tinggal kita saja pintar-pintar mengatur kesibukan kita. Sibuk sendiri atau sibuk bersama?


Comments

Popular Posts